Persaingan dalam dunia remaja Indonesia semakin berat. Alih-alih
hanya untuk mendapatkan kebahagiaan sementara mereka rela menghabiskan waktu
dan tenaga untuk hal percuma. Berebut pacar contohnya. Hal kotor tersebut mana
mungkin bisa mendekatkan kita pada Tuhan. Yang ada malah menghanguskan amal dan
menumpuk dosa. Membutakan mata batin untuk menggunakan lisannya dalam
‘berperang’. Bertarung dengan mengeluarkan segala macam kata tanpa filter. Jika
amarah sudah memimpin, hati yang jernih mana bisa tampil?
Bicara mengenai lisan yang tak terjaga. Sulitkah
mengontrolnya agar yang keluar hanya pujian semata? Pujian bukan berarti
gombalan ya. Oke saya beri celotehan remaja yang mungkin sedang mabuk hingga
lisan menjadi buta.
1. Dia ke sekolah cuma modal Mio doang, nah gue nih
pake Honda Jazz.
Riya’ atau pamer. Penyakit itulah yang
sedang menjangkit pengucap kalimat ini. Lupa atau mungkin kena stroke? Oke daripada harus mengada-ada apa motivasimu pamer kekayaan. Saya jelaskan jika ada sebagian hartamu yang milik orang kurang beruntung. So, buat apa pamer ini itu? Menjamin bahagia di akhirat kelak? Jawab dan renungkan SENDIRI gays.
2. Apalagi masalah face jelas dia kalah, ke salon
aja mungkin cuma potong rambut.
Merasa baik. Lupa jika itu hal tercela? Lagi-lagi lupa. Boros dong
lupa melulu. Katanya sering ke salon, beli obat lupa aja nggak mampu. Obat lupa
adalah frekuensi mendekatkan diri pada Tuhan. Seberapa pentingkah kecantikan
dirimu jika hanya digunakan untuk merendahkan orang lain? Tanpa ada perasaan
takut akan siksa-Nya kelak. Semoga cahaya kebenaran segera terbit… ke
hadapanmu.
3. Soal begituan aja lo nggak bisa? Sibuk ngapain
sih lo? Ngejual diri?
Sombong. Kelebihanmu seakan percuma jika
dalam hal menjaga lisan saja lemah. Sia-sia waktu yang telah habis untuk
meraihnya jika akhirnya kamu sendiri. Tanpa teman yang peduli karena terlanjur
sakit hati. Yang membawamu pada pintu kesengsaraan atau bahkan kematian. Kematian?
Iya, mereka yang terlanjur sakit hati bisa saja mengalami kelumpuhan hati
nurani. Yang tak segan-segan menancapkan pisau ke dirimu. Yang jiwanya masih
kotor karena lalai pada lisan.
Mereka lupa bahwa yang terpenting dari kehidupan ini adalah
kebahagiaan permanen. Suatu hal yang mungkin terjadi jika ego bisa sedikit
disingkirkan. Mengedepankan akhlak yang harus terus dipoles dengan keikhlasan.
Bukan justru menampilkan kelihaian bersilat lidah dalam memperolok saingan.
Pembunuhan misterius yang akhir-akhir ini terjadi adalah
bukti kesalahan dalam menggunakan lisan. Mereka mati konyol terbunuh gegara
tersangka/pembunuh sakit hati mendengar ocehannya. Sangat konyol. Gegara
celotehan tak terkendali mereka mati. Mau mati percuma di tangan teman sendiri?
Buruan benahi ucapan dengan hal yang menyejukkan.
Masih bingung menggunakan lisanmu? Segera ambil air wudhu
dan duduk manis sambil membaca Al-Qur’an. Waktu tak habis untuk hal percuma dan
lisan pun senantiasa terjaga. J