Label

Rabu, 19 Desember 2012

Bukan Salahmu, Ini Karenamu


sumber: novitakaseger.blogspot.com
Seperti yang kau lihat, aku tertawa, aku tersenyum, aku menoleh, dan aku juga terdiam. Alasan apa lagi yang pantas kuberikan jika tidak karna mu? Benar, semua tentangmu.
                Aku tertawa. Mencoba menyembunyikan perasaan ini rapat-rapat dalam sebuah tawa yang konyol.  Namun, kau tak usah repot-repot melucu untuk melihat tawaku. Tenang, bagian ini adalah bagian terjujur. Kau tak percaya? Ingin alasan yang lebih logis? Oke akan aku berikan. Ini alasannya: AKU TAKUT MENCINTAIMU.
                Aku tersenyum. Melihat setiap mili anggota tubuhmu bergerak indah. Hingga dari mana asal peluhmu menetes pun, aku hampir tahu. Namun, sialnya aku terlalu penakut untuk mengusapnya untukmu. Hingga berakhir hanya dengan senyum kecil dan ucapan “aduh, keringatmu banyak banget”. Bodoh yang diulang.
                Aku menoleh. Kali ini aku sedikit pintar. Kutajamkan pendengaran. Apa kau memanggil nama ku dengan benar? Oh sit (duduk), ini panggilan yang salah tapi aku lebih menyukainya. Benar saja, nama ku terlampau sulit dieja. Namun bodohnya, aku tak mahir mengartikan panggilanmu yang hanya lelucon itu sebagai apa. Hingga aku paham, frekuensi mu dalam memanggil nama ku terbilang sering. Entah kenapa aku belum mahir menafsirkanya.
                Aku terdiam. Perlakuan yang satu ini adalah cara terakhirku mengapresiasikan bahagiaku. Bahagia saat tatapan mu hanya untukku. Juga mulut mu yang hanya memanggil nama ku saat aku bersama teman-teman. Sebenarnya yang terdiam hanya mulutku saja. Hati ini tetap melonjak kegirangan. Aku nggak mau SOK SUCI. Tapi kita sekelas dan hampir setiap kegiatanmu tak luput dalam pantauanku. Kecuali saat kamu ke kamar mandi. Toh nggak penting juga kamu ngapain, yang paling penting mah aku cinta kamu.
                Heran kan kenapa aku tak pernah menangis dihadapan mu? Lagian untuk apa menangis jika kau saja selalu berikan bahagia untukku. Hinnga alasan yang pantas jika aku menangis kelak adalah saat ku tahu kau tidak mencintaiku.
Lagi-lagi mereka bilang "mencintai tak harus memiliki". Ngah macam apa ini! Aku memang egois tak menerimanya quote tolol itu. Oleh sebab itu, akan kuluruskan menjadi mencintai memang tak harus memiliki, namun setidaknya harus mengetahui”.
Apakah harapan ku ini terlampau tinggi? Berharap kau juga mencintaiku tanpa aku menyampaikanya? Benar-benar HAL BODOH. Aku sadar itu.
Tapi apa daya, nyaliku terlampau kecil untuk mengungkapkanya. Ini pertanyaan pemasok keberanianku: APAKAH PERLAKUAN MU PENYEBAB TAWAKU ITU MEMANG BENAR-BENAR HANYA UNTUK KU? Tolong beri tahu aku. Agar keberanian yang masih terbungkus rapi ini mampu ku robek dengan jawabanmu. Hingga aku tak perlu ragu mengucap “aku cinta kamu” berkali-kali. Entah kapan itu terjadi.


Ditulis dengan penuh rasa takut
6 Desember 2012
Irvin :(:

2 komentar:

taranajmia mengatakan...

“Loving someone is tiring and it hurts, but it’ s not something that you can stop. ”

keep smile :)

Unknown mengatakan...

Aduh jadi malu tar, terima kasih saran dan komennya ya tar. Aku belum mampir ke blogmu nih, mau buruan yuhuuu :D